Selasa, 27 September 2011

Humanistic Studies IE 1


Tentang Humanistic

            Pertama kali yang terlintas dalam pikiran saya setelah mendengar mata kuliah humanistic adalah pelajaran pendidikan kewarganegaraan seperti pada tingkat SD.  Yang saya tahu mengenai humanistic adalah pelajaran mengenai hubungan antar sesama manusia, secara garis besar mungkin sedikit mirip dengan pelajaran PKN yang saya pelajari saat di bangku sekolah dasar dulu.
            Mungkin saya akan menyukai mata kuliah ini, karena saya sangat menyukai hal-hal yang berbau kemanusiaan dan hubungan antar sesama manusia. Saya berharap dengan mempelajari mata kuliah ini, saya bisa menjadi guru yang dapat mengajar murid-murid saya yang pasti akan memiliki bermacam-macam suku, budaya dan agama secara profesional.
            Saya memiliki banyak teman dekat yang berbeda agama. Sewaktu SMA dulu, saya memiliki 4 orang teman dekat, mungkin bisa dibilang teman geng. Dua orang diantaranya beragama kristen dan salah satunya beragama hindu. Kita sering belajar bersama juga pergi “hang out” bersama. Namun terkadang kita memiliki kendala saat ingin pergi “hang out” di akhir pekan, yaitu waktu. Karena setiap hari minggu temanku yang beragama kristen dan hindu beribadah. Jujur, terkadang saya merasa kesal terhadap mereka, atau mungkin terhadap waktu beribadah mereka yang bertepatan di hari minggu. Timbulah pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan yang konyol dalam pikiran saya ketika saya sedang kesal. “Kenapa ibadah harus hari Minggu ?” , “kenapa ibadah ga boleh ditunda aja atau ganti hari ?” , “kenapa Putu harus ada sekolah agama ? emang sembahyang aja ga cukup ?” , “Kalau mereka ibadah hari minggu doang, berarti cuma inget Tuhan hari minggu doang dong.” .  Bahkan saya sempat marah dan kecewa ketika rencana “hang out” kita dibatalkan karena salah satu diantara kita harus beribadah.


            Namun, semakin lama saya pun berpikir bahwa saya egois. Pertanyaan dan pernyataan yang sangat konyol itu pun membuat saya malu. Saya berpikir seolah-olah saya tidak memiliki keyakinan terhadap Tuhan saya sendiri. Kenapa saya harus marah dan kesal terhadap waktu beribadah mereka? padahal mereka sama sekali tidak merasa terganggu ketika saya meminta waktu untuk sholat ketika kita sedang mengerjakan tugas kelompok, bahkan tidak jarang mereka mengingatkan saya untuk sholat saat saya lalai. Sejak saat itu saya mulai mengerti, agar terciptanya hubungan yang harmonis diantara kita, perlu sikap saling menghargai dan menghormati dalam perbedaan.
            Semakin dekat dengan mereka, saya semakin ingin mengetahui lebih banyak mengenai agama mereka. Saya ingin tahu tentang cara beribadah mereka, tentang larangan-larangan agama mereka, tentang hari “spesial” dalam agama mereka. Hal ini sangat menarik dan bisa menambah wawasan. Menurut saya, semua agama tidak jauh berbeda, kita sama-sama diajarkan dan dibimbing dalam kebaikan dan menjauhi segala bentuk kejahatan. Seperti yang diucapkan kapten Amir dalam film Darah Garuda, “ Kita memiliki jalan yang berbeda, tapi memiliki tujuan yang sama, yaitu jalan menuju Tuhan”.
            Perbedaan bukanlah suatu alasan untuk menjadi halangan dalam kebersamaan. Dengan perbedaan kita bisa mengisi kekosongan yang ada dalam diri kita. Dengan perbedaan kita pun menyadari bahwa kita tidak hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain. Dengan perbedaan segalanya menjadi indah J



1 komentar:

  1. Wow, sebuah pengalaman berharga yang tak setiap orang bisa merasakannya. Pengalaman hidup seperti ini menuntun kita untuk terbuka terhadap perbedaan, being multicultural people.
    Nanti share di kelas tentang pengalaman-pengalaman berharga tersebut.
    Do the best for this course

    BalasHapus